PROYEK PENDIDIKAN BERKELANJUTAN-UPAYA MEMBUMIKAN PANCASILA
Berita Baru Kalbar, Opini – Sering menjadi pertanyaan dalam alam pikiran penulis sejatinya Pancasila itu ada ataukah utopia semata. Jikalah memang ada mengapa kemiskinan, kejahatan, korupsi, kerusakan lingkungan, sulitnya akses pendidikan bagi sebagian masyarakat, dan berbagai persoalan lain yang seolah-olah tidak kunjung berkurang atau bahkan binasa dari negara kesatuan republik indonesia.
Tujuan Negara Indonesia sudah sangat jelas sekali tercantum di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Alinea keempat yang berbunyi “kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.
Salah satu frasa di atas memberikan gambaran bahwa betapa pentingnya mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga negara menjadikannya sebagai tujuan yang harus diwujudkan. Upaya mewujudkannya adalah dengan menyelenggarkan proses pendidikan yang dapat dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat. Upaya lain yang dilakukan adalah dengan memberikan dukungan finansial secara memadai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang jumlahnya cukup fantastis yakni sebesar 20 persen yang merupakan amanat dari undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang terdapat pada pasal 49 ayat 1.
Lahirnya undang-undang tersebut tentu tidak lepas dari peran Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara khususnya pada sila yang kelima yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Satu diantara upaya mewujudkan keadilan adalah pemerataan akses pendidikan bagi seluruh warga negara.
Fakta menunjukkan bahwa masih cukup banyak warga negara yang belum mendapatkan akses pendidikan secara baik sebagai upaya untuk mewujudkan kecerdasan kehidupan bangsa. Sebagaimana terungkap dalam data angka partisipasi kasar (APK) yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik yang memberikan gambaran bahwa baru 85,23 warga negara indonesia yang mampu mengakses pendidikan.
Kenyataan itulah yang menyebabkan bergelayutnya alam pikiran penulis tentang eksistensi dari Pancasila dan upaya-upaya apa yang semestinya dilaksanakn untuk menghadirkan Pancasila di tengah-tengah masyarakat yang mungkin tidak seluruhnya optimis. Pertanyaan dalam alam pikiran itu mulai menemui titik terang manakala ada sesosok manusia mulia yang memiliki semangat dan juga spiritualitas yang luar biasa bernama arfian fuadi.
Ada gagasan menarik yang diusung olehnya yakni proyek pendidikan berkelanjutan (Sustainable Education Project) yang mempunyai misi utama adalah untuk menyelesaikan masalah akses serta kualitas dalam pendidikan. Projek tersebut berupaya untuk memberikan pendidikan gratis bagi mahasiswa dan mendorong mereka untuk melakukan berbagai macam inovasi secara masif dan intensif dalam menyelesaikan persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Arfian Fuadi melalui perusahaannya Dtech-Engineering berkolaborasi dengan Akademi Teknik Wacana Manunggal (ATWM) berupaya mewujudkan proyek pendidikan berkelanjutan dengan memberikan kesempatan orang-orang terpilih untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi dengan tidak dipungut biaya atau bebas biaya dengan mengajak mahasiswa berinovasi secara intens dan menerapkan ilmu yang didapatkan untuk turut serta menyelesaikan berbagai permasalahn di dunia nyata.
Model pendidikan yang diupayakan oleh Dtech-Engineering dan ATWM mengusung kurikulum dengan tujuan utamanya adalah agar apa yang dipelajari mahasiswa di kampus dapat langsung diterapkan menjadi sebuah produk yang memiliki nilai jual atau komersil sesuai dengan kebutuhan market. Kemudian keuntungan yang diperoleh digunakan untuk membiayai kuliah serta pengembangan produk baru.
Proyek pendidikan berkelanjutan (Sustainable Education Project) yang dilaksanakan oleh Dtech-Engineering dan ATWM dapat dibaca sebagai karya inovatif dalam upaya membumikan pancasila. Mahasiswa diajarkan untuk dapat secara mandiri memenuhi berbagai macam kebutuhannya secara mandiri, tidak bergantung kepada pemerintah melalui program-program beasiswanya.
Secara prinsip projek ini sangat berbeda sekali konsepnya dengan program beasiswa yang telah dilaksanakan oleh pemerintah sebagai amanat dari pasal 49 ayat 1 undang- undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Jika dalam program beasiswa mahasiswa diwajibkan membayar dengan prestasi akademik dan mendapatkan uang saku setiap bulannya, lain halnya dengan Sustainable Education Project yang mewajibkan mahasiswanya membayar dengan ide, gagasan, desain, kreativitas, atau inovasi dan bakat lain yang mereka punya. Selain itu, para mahasiswa juga memperoleh pendapatan atau gaji sesuai dengan berbagai inovasi yang dibuat oleh mereka serta memperoleh asuransi kesehatan.
Berbagai upaya yang telah dilaksanakan oleh Dtech-Engineering dan Akademi Teknik Wacana Manunggal (ATWM) dengan proyek pendidikan berkelanjutannya diharapkan dapat menjadi sebuah role model baru dalam membumikan pancasila. Semangat dan inovasi yang dilakukan oleh mereka diharapkan dapat menjadi energi baru bagi para pemangku kepentingan di negeri ini.
Terselip berbagai macam harapan semoga banyak warga negara yang lain yang dapat mencontoh dan menduplikasi projek ini, agar menjadi semakin masif dan bertumbuh serta dapat menyelesaikan berbagai problematika yang dihadapi oleh bangsa dan negara ini, sehingga tugas pemerintah menjadi semakin ringan dan tidak terlampau berat seperti sekarang ini. Poin paling utama dari projek ini adalah sebuah kreatifitas dan inovasi yang lahir dari warga negara untuk menghadirkan Pancasila di tengah-tengah masyarakat.
Mujib, S.Psi., M.Si. – Dosen Pancasila Politeknik Negeri Pontianak