Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

sawit

Kalbar Penghasil Sawit, Tapi Harga Minyak di Kalbar Tetap Melonjak, Kok Bisa?



Berita Baru Kalbar, Pontianak – Menjadi daerah penghasil sawit dan menjadi lokasi pabrik pengolahan sawit, harga minyak di Kalimantan Barat tetap saja sempat melonjak.

Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan (Diskumdag) Kota Pontianak Junaidi menjelaskan, pihaknya sudah melakukan penelusuran di lapangan bahwa penyebab melonjaknya harga minyak goreng dikarenakan harga Crude Palm Oil (CPO) mengalami kenaikan. Untuk itu, belum lama ini pemerintah pusat mengambil langkah melalui program enam bulan ke depan sebanyak 1,2 miliar liter minyak goreng dengan kebijakan satu harga yakni Rp14 ribu per liter di tingkat distribusi atau di toko-toko modern. 

“Namun sayangnya tidak semua merek minyak goreng yang menerapkan kebijakan satu harga tersebut, masih ada beberapa merek yang harganya di atas Rp14 ribu per liter,” tuturnya.

Ia menyebut untuk saat ini merek minyak goreng sudah menerapkan kebijakan satu harga dari pemerintah pusat di antaranya merek Fortune, Sovia dan Sania. Pihaknya pun mengingatkan agar tidak ada pihak yang mengambil kesempatan di tengah kondisi harga minyak goreng saat ini.

“Kita ingatkan jangan sampai ada spekulan yang coba-coba mengambil kesempatan di tengah kondisi ini,” tegas Junaidi.

Harga minyak goreng yang sempat melonjak turut membuat Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono merasa heran.

“Saya tidak mengetahui persis apa penyebab kenaikan harga minyak goreng ini, apakah konsumsi meningkat atau produksi yang berkurang,” ungkapnya, Jumat (21/1/2022).

Menurut Edi, Kalbar sebagai daerah penghasil tanaman sawit dan memproduksi minyak goreng berbahan baku kelapa maupun sawit, mestinya dapat mencegah lonjakan harga minyak goreng. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Harga minyak goreng di Kalbar sempat naik dan membuat warga resah. Untuk mengatasi hal itu, pihaknya berupaya agar para supplier atau produsen dapat meningkatkan produksinya sehingga tidak terjadi lonjakan harga.

“Kami bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Pontianak sedang menelusuri penyebab kenaikan harga minyak goreng ini,” tuturnya.

Menurut informasi yang diperoleh, ketersediaan stok minyak goreng memang berkurang, sementara konsumsi meningkat. Menurut Edi, jika konsumsi minyak goreng meningkat, mestinya peningkatan produksi bisa menahan kenaikan harga.

“Tetapi malah harga minyak goreng jadi melonjak naik,” sebutnya.