Pelabuhan Internasional Kijing di Mempawah Jadi Harapan dan Solusi Kemajuan Ekonomi Kalbar
Berita Baru Kalbar – Pelabuhan Internasional Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat (Kalbar) diproyeksikan dapat menjadi harapan baru dan solusi terhadap percepatan ekonomi dan kemajuan daerah.
Seperti melansir dari Antara Kalbar (15/9/2021), kehadiran pelabuhan terbesar di Kalimantan ini dipastikan dapat menjadi simpul kemajuan ekonomi Kalbar dan memperkuat konektivitas antarpulau, sekaligus mendekatkan cita-cita Indonesia menjadi poros maritim dunia sebagaimana dicanangkan Presiden RI, Joko Widodo.
“Pembangunan Terminal Kijing yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut ditandai dengan dilakukannya pemancangan tiang dermaga pertama pada 2018 silam. Selanjutnya pada Agustus 2020 lalu sudah dilakukan uji coba ekspor CPO Kalbar.” Dikutip dari pemberitaan Antara Kalbar, Rabu (15/9/2021).
Diberitakan bahwa pembangunan Terminal Kijing pada tahap I meliputi terminal peti kemas di sisi laut seluas 1000 meter x 100 meter, lapangan operasional di sisi darat, serta jalan penghubung sepanjang sekitar 3,5 kilometer. Nantinya, terminal peti kemas yang sedang dibangun ini mampu menangani bongkar muat peti kemas sebanyak 1,95 juta TEUs setahun.
Sementara untuk kapasitas terminal cairnya mencapai 12,1 juta ton per tahun. Kemudian, kapasitas curah kering 15 juta ton per tahun, sedangkan kapasitas terminal serbaguna sebesar 1 juta ton per tahun.
Direktur Utama PT Pelabuhan Tanjung Priok Drajat Sulistyo mengatakan, area Pelabuhan Kijing yang terintegrasi dengan kawasan industri seluas 200 hektare. Kemudian memiliki ke dalaman di dermaga 16 meter dan itu lebih dalam dari Pelabuhan Tanjung Periuk dan Belawan.
Menariknya, di kawasan tersebut untuk area terminal 68,5 hektare dan untuk kawasan industri 131,5 hektare.
“Artinya dengan luas lahan dan ada industri yang terintegrasi menjadi peluang besar untuk aktivitas bisnis atau ekonomi di Kalbar. Pelabuhan kita terbesar di Kalimantan dan lokasi strategis ke negara ekspor. Ini kebanggaan kita dan harus dimaksimalkan agar keberadaan nya memberi manfaat luas bagi kemajuan ekonomi dan daerah,” kata Drajat Sulistyo (15/9/2021).
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Pelabuhan Internasional Kijing sebagai salah satu pelabuhan hub, yang mana akan menjadi gerbang utama ekspor dan impor barang dari dan ke Kalimantan.
“Dengan besarnya potensi bauksit, CPO, timber, karet dan produk ikan di Kalbar ini, Terminal Kijing dirancang untuk memberikan kemudahan berbisnis one stop services bagi para investor, yang dilengkapi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) seluas kurang lebih 5,000 hektare. KEK tersebut akan dibangun secara bertahap,” jelas Drajat Sulistyo.
Deputi General Manager Hukum & PI Pelindo II atau IPC Pontianak, Mustafa Muhammad As’ad ke depannya juga akan mengajak perusahaan sawit yang tergabung dalam Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kalbar untuk memanfaatkan peluang hadirnya Pelabuhan Kijing, salah satunya adalah dengan mengekspor CPO sawit.
Menurut Mustafa, Indonesia adalah negara penghasil CPO dunia terbesar dengan kontribusi 64 persen. Sementara posisi Kalbar berada di urutan kedua terbesar di Indonesia.
Nah itu menjadi peluang dan kekuatan untuk ekonomi dan daerah, dengan hadirnya Pelabuhan Kijing untuk menunjang aktivitas agrobisnis sawit di Kalbar, lanjutnya.
Ia mengakui bahwa Pelindo menjadi jembatan pelaku usaha termasuk sektor perkebunan agar dapat terhubung langsung ke negara tujuan ekspor. Mustafa menegaskan, jika selama ini aktivitas ekspor melalui pelabuhan luar maka sebentar lagi dapat dilakukan lewat Pelabuhan Kijing.
“Kami jembatan sambungkan rantai yang belum terhubung. Rantai logistik disambung agar meningkatkan nilai tambah dan saing. Saat ini aktivitas Pelabuhan Kijing sudah tahap uji coba dan sudah ada perusahaan sawit memanfaatkan pelabuhan di Mempawah tersebut. Pelindo siap membangun kerjasama sehingga tantangan biaya logistik yang selama ini masih tinggi bisa teratasi,” pungkasnya.