Narkotika dan Persoalan Mengejar Kebahagiaan
Berita Baru Kalbar, Opini – “Di tahun 2014 papa saya meninggal, saya belum bercerita ke siapapun, saya benar-benar kehilangan. Saya pernah cerita ke teman kalau saya terpuruk, saya malah dapat ucapan kalau saya tidak bisa bersyukur. Saya merasa sebagai seorang Nia adalah kutukan,” ungkap Nia Ramadhani sambil menangis dalam persidangan.
Kehilangan seorang ayah bagi Nia merupakan kehilangan terbesar dalam kehidupannya. Nia merasakan kesedihan yang mendalam yang mungkin tidak dapat dirasakan orang lain. Terkadang kita sering menganggap sepele permasalahan emosional orang lain. Seperti kesedihan, ketakutan dan kecemasan.
Nia kemudian terpengaruh ucapan temannya, kalau memakai sabu bisa menghilangkan kesedihan. April 2021 melalui sopirnya Nia mendapatkan barang haram tersebut.
Sekitar satu bulan yang lalu saya mendapat kabar bahwa salah satu klien saya, sebut saja Aldo kembali melakukan tindak pidana. Kasusnya sama, narkotika. Kasus ini menjadi kali keduanya dirinya harus kembali merasakan dinginnya tidur di hotel prodeo. Usia Aldo masih muda, sekitar 20 tahun. Aldo tergolong berprestasi. Dirinya berungkali meraih juara dalam kejuaraan balap motor.
Aldo pernah bercerita kepada saya, bagaimana awalnya dia mengenal narkotika jenis sabu. Saat masih SMP orangtuanya sering bertengkar di rumah. Aldo merasa takut dan tidak nyaman di rumah. Dirinya sering keluar malam dan tidak pulang. Dia lebih sering berkumpul dengan teman-temannya. Kemudian Aldo ditawari sabu oleh temannya. Sejak saat itu Aldo mulai mengkonsumsi narkotika jenis sabu.
Aldo bercerita saat menggunakan sabu dirinya merasa tenang dan bahagia. Permasalahan yang dialami seolah-olah hilang. Jika tidak menggunakan sabu dirinya merasa sedih dan depresi.
Apa yang terjadi pada Nia Ramadhani dan klien saya merupakan sebuah gambaran bagaimana manusia selalu berusaha menghilangkan kesedihan dan mengejar kebahagiaan. Sayangnya kebahagiaannya didapat dengan cara yang tidak tepat. Kebahagiaan sesaat melalui obat yang akan terus menjerat penggunanya.
Mengejar Kebahagiaan
Seperti yang dikatakan Yuval Noah Harari bahwa mengejar kebahagiaan abadi menjadi proyek besar umat manusia di abad 21. Manusia melakukan cara-cara agar dapat mendapatkan kebahagiaan secara kimiawi.
Pencarian kebahagiaan kimiawi kini menjadi penyebab kejahatan nomor satu di dunia. Pada tahun 2009 separuh penghuni penjara di Amerika adalah para pengguna obat bius, 55 persen penghuni penjara di Inggris terlibat bisnis jual beli obat bius. Di Indonesia sendiri lapas/rutan sebagian besar dihuni narapidana kasus narkotika. Di tahun 2021 dari 255.435 jumlah penghuni lapas/rutan seluruh Indonesia, sebanyak 139.088 merupakan narapidana kasus narkotika. Narkotika menjadi penyumbang terbesar over kapasitas di lapas/rutan.
Seorang filsusf bernama Epicurus pernah berpesan kepada murid-muridnya bahwa pencarian kebahagiaan yang berlebihan akan berbuah penderitaan. Orang-orang mengkonsumsi narkotika untuk mendapatkan kesenangan. Mereka ingin melupakan segala permasalahan yang sedang dialami. Mereka ingin lari dari penderitaan yang dialami untuk mencapai ketenangan.
Banyaknya orang-orang yang mulai mencari kebahagiaan dengan obat-obatan terlarang pertanda bahwa di abad ini manusia mengalami permasalahan besar pada kesejahteraan jiwa. Manusia boleh saja berbangga telah mencapai kemajuan pesat dalam berbagai bidang, seperti teknologi, ilmu pengetahuan dan kedokteran. Namun sepertinya kita masih harus banyak berbenah dalam wilayah domestik diri sendiri.
Berikan Dukungan
Seseorang secara fisik bisa terlihat sehat dan baik-baik saja. Namun kita tidak benar-benar tahu apa yang mereka rasakan. Sebagian orang mungkin mampu untuk mengungkapkan perasaan emosionalnya kepada orang lain. Sebagian besar lebih memilih untuk memendam dan menyimpannya.
Mungkin sama yang terjadi dengan Nia Ramadhani, pernah mencoba berbagi dengan orang lain namun tidak mendapatkan respon yang positif. Akhirnya Nia lebih memilih untuk memendam perasaannya.
Kita seringkali gagal memahami orang lain. Hal ini dikarenakan setiap individu memiliki latarbelakang yang beragam. Ada hal-hal yang kita anggap sepele namun ternyata berarti bagi orang lain. Untuk itu sangat penting kita memahami orang lain.
Sebenarnya banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita, walau hanya sekedar mendengarkan keluh kesahnya. Saya masih ingat betul saat kuliah di jurusan ilmu psikologi, hal pertama yang harus kita pelajari adalah ketrampilan mendengarkan. Orang bercerita hanya ingin didengarkan, tidak mengharapkan kita memberikan solusi.
Kalau tidak bisa memberikan tanggapan yang positif lebih baik diam mendengarkan. Mereka bercerita terkadang bukan untuk mencari solusi atas permasalahannya. Mereka hanya ingin mengurangi beban yang dirasakan dengan bercerita. Mendapatkan tempat untuk bercerita menjadi sangat berharga bagi seseorang yang sedang dalam keadaan terpuruk.
Tidak menutup kemungkinan di sekitar kita banyak orang-orang seperti Aldo dan Nia Ramadhani. Mungkin mereka terlihat hebat, berprestasi dan mempunyai segalanya. Padalah mereka sebenarnya rapuh dan membutuhkan pertolongan kita.
Ketika ada seseorang meminta bantuan kepada kita, sekecil apapun itu, raihlah tangannya. Kita benar-benar tidak tahu bahwa sekecil apapun bantuan yang kita berikan dapat menyelamatkan seseorang terjerumus dari penggunaan obat-obatan terlarang.
Penjara kita sudah penuh dengan narapidana kasus narkotika. Selain langkah rehabilitasi, yang tidak kalah penting adalah langkah preventif. Dalam langkah preventif kita semua mempunyai peran yang sama, menciptakan lingkungan yang sehat bagi individu di dalamnya.
Penyalahgunaan narkotika bisa terjadi kepada siapa saja. Bukan hanya saja artis dan orang kaya. Mereka yang berada di kelas menengah kebawah pun melakukannya. Seperti yang kita pahami bahwa kebahagiaan bukanlah diukur dari materi.
Melepaskan kesedihan dan memperoleh kebahagiaan adalah persoalan semua orang. Apabila kita mempunyai permasalahan yang sama, bukankah saling bergandengan tangan dan menguatkan akan lebih baik.