Gelar Market Gathering, Program PAPeDA Promosikan Produk Pangan Inovatif Papua
Berita Baru, Jakarta – Dalam upaya mempromosikan produk-produk inovatif asli dari kelompok masyarakat adat Papua dengan tetap menjaga hutan dan budaya, Program Pertanian Berkelanjutan di Tanah Papua (PAPeDA) menggelar Market Gathering bertajuk Membangun Kolaborasi Pasar UMKM bersama “ASMAT”, Selasa (24/8).
Dipandu oleh Hadi Prayitno dari The Reform Initiative, hadir dalam market gathering tersebut: Direktur PT. Yakin Bersama Jaya dari Aceh Daudy Sukma, Direktur Perkumpulan terbatas untuk Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat Adat Papua (PtPPMA), Naomi Marasian, Exporter Kakao dan perwakilan Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) Makassar, Asdar Marzuki, perwakilan National Cooperative Business Association (NCBA), Wayan Swasta, Deputi Pembangunan Ekonomi Setwapres, Prof Ahmad Erani Yustika dan puluhan perwakilan dari perusahaan dan lembaga nasional lainnya.
Acara dimulai dengan Penandatanganan MoU dan Perjanjian kerjasama antara Ketua Badan Usaha Milik Kampung (BUMKam) Monayrain Yano Lrum, Daniel Bairam sebagai pihak pertama dan Direktur CV. Kasih dan Sayang Makassar, Irwan Miri sebagai pihak kedua. Penandatanganan tersebut juga disaksikan oleh Direktur PUPUK Surabaya, Ike Sulistiowati dan Naomi Marasian.
Market Gathering itu dikemas secara dari melalui Zoom Meeting dan disiarkan langsung melalui Youtubeberitbaruco dan Asmat Papua Official dan Facebook Beritabaru.co.
Sebelumnya, Program PAPeDA yang dilaksanakan oleh The Asia Foundation (TAF) bekerjasama dengan Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) telah menggelar Festival Torang Pu Para Para yang berupa serial diskusi yang fokus membahas pengelolaan produk inovatif pangan Papua, yaitu: terkait produk-produk Inovatif dari Sereh Wangi, Keladi, Pala dan Kakao.
Mengembalikan Kejayaan Ekonomi Papua
Kakao, sebagai salah satu komoditas unggulan di Jayapura, pernah mengalami kejayaan pada tahun 1949 hingga 1954 melalui koperasi Yawa Datum. Pangsa pasar kakao saat itu, tidak hanya di wilayah lokal dan nasional, tapi juga sampai di tingkat internasional.
“Itu bukan cerita tapi fakta, bahwa hampir masing-masing keluarga memiliki kebun kakao sekitar 1 hektar. Dan itu yang sekarang coba kita kembalikan,” tutur Naomi yang sejak tahun 2018 mendampingi masyarakat adat di Lembah Grime.
Naomi juga mengatakan bahwa potensi alam di Lembah Grime sangat besar, mengingat di sana ada 6 distrik yang berarti ada sekitar 60-an kampung.
“Dengan mengembangkan potensi besar ini, kami ingin mendorong kemandirian ekonomi di daerah dengan adanya sumber daya alam yang melimpah,” terangnya.
Pada gilirannya, Asdar Marzuki yang telah berhasil mengekspor produk olahan kakao, mengatakan bahwa cokelat Cendrawasih ini unik lantaran kualitasnya yang bagus.
“Awalnya kami memikirkan economic scale-nya. Dengan kapasitas produksi 9 ribu ton per tahun, kami diskusi dengan mitra, lalu kami ada ide membuat produk berbasis cokelat. Lah, Cendrawasih ini merupakan produk yang keunikannya tidak kalah dari yang lain. Ada dua hal yang menonjol, bijinya cukup besar menghasilkan lemak cukup banyak … dan juga lebih solid,” tutur Asdar.
Ia juga menyebutkan bahwa produk itu ternyata tidak hanya menciptakan nilai bagi masyarakat adat, tapi juga memberikan kebanggan tersendiri.
“Selain masalah lingkungan, ada semacam gerakan untuk menciptakan produk lokal yang menjadi kebanggaan. Itu yang membuat kami menjadi bersemangat,” ungkap Asdar.
Selain itu, komoditas sereh wangi dari Papua juga kini mulai dilirik oleh pasar internasional. Direktur PT. Yakin Bersama Jaya dari Aceh Daudy Sukma yang fokus untuk memproduksi produk aromatik dan autentik menyebutkan bahwa sereh wangi dari Papua ini merupakan bahan baku yang sangat bagus kandungannya.
“Kandungan Citronella pada sereh wangi di papua itu sangat bagus dikandung oleh handsanitizer, kelebihannya itu bahan bakunya memang sudah sangat luar biasa dan sesuai standar WHO, apabila produk mozaik ini digunakan, tidak perlu lagi cuci tangan,” kata Daudy.
Selain untuk hand sanitizer, sereh wangi juga bisa digunakan sebagai balsem. Daudy juga mengatakan bahwa bahan baku sereh wangi ampuh untuk menghilangkan nyeri dan gatal. Namun, karena ini produk lokal, Daudy kemudian mencatat bahwa sereh wangi ini merupakan produk lokal, dan masyarakat kurang percaya pada produk-produk lokal.
“Karena itu, untuk menjaga keberlanjutan kerjasama ini, yang perlu diperhatikan salah satunya adalah bagaimana kolaborasi ini semakin kuat, baik menciptakan perusahaan di sana, menciptakan produk inovatif baru atau meningkatkan kapasitas produksi hingga 10 ribu pcs per bulan, itu sudah bagus,” catat Daudy.
Memastikan Keberlanjutan Gerakan Ekonomi Masyarakat Adat
Deputi Pembangunan Ekonomi Setwapres sekaligus Kepala Badan Analisis Informasi dan Kebijakan dari Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Ahmad Erani Yustika memberikan apresiasi tinggi kepada rekan-rekan atas inisiasinya yang telah dengan gemilang menancapkan dan menghidupkan sumber daya ekonomi lokal.
“Inisiasi yang disampaikan kawan-kawan itu menghidupkan sumber daya ekonomi lokal, menghidupkan komunitas, dan memastikan keberlanjutan itu dengan tetap melestarikan lingkungan. Hanya dengan model seperti itu saya kira masa depan bisa dijangkau dengan nilai-nilai yang mereka yakini sendiri,” tutur Erani.
Namun, Erani juga mencatat bahwa keberhasilan itu harus ditopang oleh sampai sejauh mana partisipasi autentik itu berhasil ditumbuhkan pada komunitas sehingga tidak malah merugikan masyarakat adat.
“Tanpa itu [partisipasi] akan akan terjadi konversi dari gerakan ekonomi menjadi aktivitas investasi. Inisiator bertemu dengan partisipasi, maka muncul gerakan ekonomi. Kalau hanya aktivitas ekonomi yang dipicu oleh orang atau institusi dari luar tanpa melibatkan masyarakat setempat atau partisipasi itu tadi, itu hanya kegiatan investasi dan tidak memiliki dampak terhadap masyarakat lokal,” jelasnya.
Karena itu, Erani mengingatkan bahwa keberlanjutan kolaborasi ini harus dikawal terus menerus.
“Yang harus dikawal terus menerus itu adalah soal keberlanjutan gerakan ekonomi tadi itu dengan dasar kelestarian lingkungan. Karena itu yang membedakan antara pembangunan yang beradab dan aktivitas ekonomi yang biadab,” pungkasnya.